Penjor kerap terlihat di pinggir jalan saat Hari Raya Galungan umat Hindu di Bali. Galungan sendiri merupakan peringatan keagamaan umat Hindu di Indonesia, yang dilaksanakan setiap 210 hari berdasarkan kalender bali.
Kemeriahan Hari Raya Galungan memang tidak pernah terlepas dari penjor yang terpasang di tepi-tepi jalan, tepatnya di depan pintu rumah. Pemasangan penjor sendiri merupakan wujud rasa syukur terhadap Sang Hyang Widi Wasa.
Sekilas penjor terlihat seperti umbul-umbul, yaitu hiasan bambu dan janur yang menjulang tinggi. Selengkapnya tentang penjor bisa dibaca dalam artikel ini, Selamat membaca!
Makna Penjor saat Hari Raya Galungan di Bali
Sebagai bentuk rasa bakti dan ungkapan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah mengutus Sang Hyang Tri Murti untuk menolong manusia dari bencana dan kelaparan, umat Hindu Bali membuat penjor sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan.
Simbol kemakmuran dan kesejahteraan dari penjor dilambangkan dengan bentuk yang menjulang tinggi dan melengkung. Hal tersebut merupakan representasi dari Gunung Agung yang dianggap suci dan Pertiwi yang menggambarkan kehidupan.
Dari aspek mitologi, penjor merupakan simbol Naga Basuki yang berarti kemakmuran dan kesejahteraan.
- Bambu penjor dan sanggah merupakan simbol dari leher dan Kepala Naga Taksaka.
- Gembrong yang terbuat dari janur merupakan gambaran dari rambut naga.
- Sampian penjor dan porosnya yang melengkung merupakan gambaran ekor Naga Basuki.
- Gantung-gantungan seperti ketela, kain, padi, jagung, dan sebagainya yang merupakan hiasan penjor adalah simbol dari bulu Naga Anantha Bhoga.
Baca juga: 9 Wisata di Bali Selain Pantai: Pasti Gak Akan Kecewa!
Bahan-bahan Pembuatan Penjor Hari Raya Galungan di Bali
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat penjor yaitu bambu dengan ujung yang melengkung, daun enau yang masih muda dan daun-daun lainnya sebagai hiasan. Untuk pelengkapnya ada umbi-umbian (pala bungkah), padi, jagung, dll (palawija), kelapa, mentimun, pisang, dll (pala gantung), jajanan, dan sanggah Ardha Candra yang terbuat dari bambu.
Merujuk pada kesrasetda.bulelengkab.go.id, unsur-unsur bahan dari pembuatan penjor diperlukan untuk melaksanakan upacara, karena unsur-unsur tersebut melambangkan simbol-simbol suci yang berkaitan dengan nilai-nilai Kepercayaan Hindu.
Di dalam lontar Tutur Dewi Tapini menyebutkan setiap unsur dari penjor melambangkan simbol-simbol suci yaitu:
- Lamak, simbol dari Tribhuana.
- Ubag-abig, simbol dari Rare Angon.
- Tebu, simbol dari kekuatan Dewa Sambu.
- Plawa, simbol dari kekuatan Dewa Sangkara.
- Janur, simbol dari kekuatan Dewa Mahadewa.
- Sanggah Cucuk, simbol dari kekuatan Dewa Siwa.
- Tamiang, Simbol dari penolak kejahatan atau bala.
- Hiasan gegantungan dan cili, simbol dari Widyadari.
- Banten Upakara, simbol dari kekuatan Dewa Sadha Siwa.
- Kue (gina dan jaja uli) simbol dari kekuatan Dewa Wisnu.
- Klukuh berisi pisang, jaja, dan tape, simbol dari kekuatan Dewa Boga.
- Bambu (tiying) yang dibungkus kasa/ambu, simbol dari kekuatan Dewa Maheswara.
- Kain putih kuning, simbol dari kekuatan Dewa Iswara Sampian dan Dewa Parama Siwa.
Waktu yang Tepat untuk Pemasangan Penjor
Sebaiknya penjor dipasang sehari sebelum Hari Raya Galungan atau yang disebut Hari Penampahan Galungan setelah lewat pukul 12 siang. Hal tersebut bermakna pada Hari Penampahan, manusia telah melawan pikiran yang kotor, ego, dan sifat-sifat negatif.
Sehingga pemasangan penjor bermakna dan memberi simbol telah menang dari peperangan melawan sifat-sifat buruk tersebut. Lebih tepatnya penjor dipasang pada Selasa Wage Wuku Dungulan, setelah lewat dari pukul 12 siang.
Waktu yang Tepat untuk Pencabutan Penjor
Penjor sudah bisa dicabut sehari setelah Kuningan. Tetapi umat Hindu di Bali umumnya mencabut penjor 42 hari setelah Hari Raya Galungan berdasarkan Kalender Saka Bali. Setelah penjor dicabut, perlengkapan penjornya seperti sampian, lamak, dan perlengkapan Upacara Galungan yang lain dibakar serta abunya akan disimpan di kelapa gading muda yang dikasturi.
Baca juga: Bali: Eksplorasi Ciri Khas Makanan dan Keberagaman Budaya
Penjor saat Hari Raya Galungan umat Hindu di Bali merupakan tradisi yang akan terus dilestarikan. Pada intinya penjor merupakan simbolik ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesejahteraan dan kemakmuran umat manusia di bumi.
Jika kalian akan berlibur ke Bali, kalian bisa datang saat menjelang Hari Raya Galungan untuk melihat penjor-penjor dipinggir jalan secara langsung. Pastikan juga tidak lupa membeli jajanan khas bali di Pia Agung Bali! Selain sebagai camilan, pia khas bali juga biasa menjadi oleh-oleh saat berlibur ke Bali.