Hari Raya Nyepi merupakan perayaan besar bagi umat agama Hindu di Indonesia. Mayoritas umat Hindu di Indonesia berada di Provinsi Bali. Maka dari itu, Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali memiliki makna yang penting untuk kehidupan beragama dan bermasyarakat. Penetapan Nyepi sebagai hari libur nasional terdapat dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 3 Tahun 1983.
Perayaan Nyepi dirayakan tiap Tahun Baru Saka. Saat Nyepi kegiatan sehari-hari akan sangat dibatasi kecuali kegiatan rumah sakit. Jalanan akan terlihat sangat sepi, pada malam hari tidak akan ada cahaya lampu kota. Sehingga bintang-bintang di langit akan terlihat sangat cantik.
Apa yang dimaksud dengan Hari Raya Nyepi?
Nyepi berasal dari kata “sepi” bisa diartikan sunyi atau senyap. Perbedaan paling mencolok antara Hari Raya Nyepi dengan Hari Raya lain ialah cara perayaannya. Hari Raya Nyepi dirayakan dengan keheningan, tidak seperti perayaan lain yang dirayakan dengan keramaian dan kemeriahan.
Pada hari Nyepi setiap orang tidak diperbolehkan melakukan keiatan sehari-hari seperti keluar rumah, bekerja, menyalakan lampu, menyalakan api, dan sebagainya. Tujuannya yaitu menghindari hiruk-pikuk kehidupan, serta nafsu dan keserakahan untuk menyucikan alam manusia (Bhuana Alit), dan Alam Semesta (Bhuana Agung).
Yang dilakukan umat Hindu ketika Hari Raya Nyepi yaitu akan berdiam didalam rumah untuk berdoa dan lebih mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Penanggalan Hari Raya Nyepi didasarkan pada penanggalan kalender Saka. Tahun Baru Saka bermakna sebagai hari pembaharuan, toleransi, kebangkitan, kebersamaan, dan kedamaian.
Baca juga: Cara Pesan Pia Agung Bali Gratis Ongkir Seluruh Pulau Jawa
Makna Hari Raya Nyepi Umat Hindu
Momen Hari Raya Nyepi sangat penting bagi umat Hindu. Saat Nyepi berlangsung, setiap perbuatan selama setahun kebelakang akan direnungkan. Kesalahan, kekurangan, dan kelebihan akan dievaluasi untuk menjadi pedoman rencana kedepan.
Kesadaran akan kesalahan dimasa lalu, menjadi evaluasi penting untuk hidup lebih baik di tahun kedepannya dan mengingat kembali untuk saling memaafkan. Sehingga kerukunan dalam kehidupan bersosial semakin baik, serta menjadi pribadi yang lebih baik juga.
Rangkaian Tradisi Hari Raya Nyepi
Terdapat beberapa rangkaian upacara sebelum puncak Hari Raya Nyepi. Hal ini bertujuan untuk melancarkan penyucian alam manusia dan alam semesta. Berlangsungnya upacara bisa berbeda-beda bergantung pada kebijakan tiap daerah. Berikut beberapa tradisi penyambutan Nyepi di Bali:
Upacara Melasti
Tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi akan diadakan Upacara Melasti. Upacara Melasti dimaksudkan untuk menyucikan benda-benda yang disakralkan. Benda-benda yang disakralkan dibawa ke sumber mata air seperti laut, sungai, dan danau untuk dibersihkan.
Pratima merupakan salah satu benda yang disucikan, Pratima adalah simbol Dewa/Bhatara yang digunakan sebagai alat untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa. Saat Upacara Melasti masyarakat juga akan membawa sesajen.
Upacara Pengerupukan
Dikenal juga dengan nama lain Upacara Tawur Agung atau Tawur Kesanga. Saat Upacara Pengerupukan masyarakat akan menyediakan sesajen mulai dari tingkat rumah tangga, desa, kecamatan, dan seterusnya. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara alam semesta dan diri sendiri dari gangguan Bhuta Kala.
Bhuta Kala sendiri merupakan manifestasi dari sifat-sifat buruk, nafsu, keserakahan, dan unsur-unsur negatif lain dari kehidupan manusia. Pengerupukan dilaksanakan sehari sebelum Nyepi dan diiringi dengan arak-arakan ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh sendiri merupakan simbol dari Bhuta Kala. Arak-arakan akan berlangsung sampai malam hari dan berakhir dengan pembakaran ogoh-ogoh sebagai simbol segala unsur negatif sudah di netralisir.
Baca juga: Ogoh-ogoh Bali: Memahami Makna dari Tradisi Unik pra-Nyepi
Hari Raya Nyepi
Pada Hari Raya Nyepi umat Hindu akan mengendalikan keinginan duniawi dengan melakukan Catur Brata Penyepian. Nyepi dijalankan selama 24 jam, dimulai saat matahari terbit (sekitar pukul 05:00 WIB) sampai matahari terbit kembali keesokan harinya.
Beberapa aturan yang perlu diperhatikan saat melaksanakan Catur Brata Penyepian ialah:
Amati Lelungan
Amati lelungan berasal dari kata lunga yang artinya pergi. Dimaksudkan sebagai anjuran untuk tidak bepergian keluar rumah. Manusia harus lebih mawas diri dan memusatkan pikirannya kepada Tuhan. Selain itu, Amati lelungan juga dimaksudkan untuk tidak membuang waktu dan biaya pada kegiatan yang tidak berguna.
Amati Karya
Larangan untuk melakukan kegiatan fisik seperti bekerja dan bersetubuh. Melainkan hanya fokus pada penyucian rohani, itulah Amati karya. Bertujuan untuk lebih merenungkan hakikat kerja tanpa berharap pahala, puas akan imbalan kerja yang secukupnya, dan hidup sederhana.
Amati Geni
Geni berasal dari bahasa bali yang berarti api. Amati geni dilakukan dengan mematikan segala unsur api baik di dapur, rokok, lampu, sampai hawa nafsu dan api amarah. Pada hakikatnya amati geni bertujuan pada hidup yang disiplin.
Amati Lelanguan
Amati lelanguan merupakan larangan untuk bersenang-senang secara berlebihan atau berfoya-foya. Saat menjalani amati lelanguan juga diwajibkan untuk berpuasa dan dilarang untuk mengadakan acara-acara hiburan. Lebih disarankan untuk melakukan aktivitas hobi yang bermanfaat seperti membaca dan membuat kerajinan tangan.
Ngembak Geni
Ngembak geni yang berarti bebas menghidupkan api, bermakna sudah berakhirnya Catur Brata Penyepian. Di hari ngembak geni umat Hindu akan mengunjungi orang-orang terdekat seperti sanak-saudara, tetangga, atau teman dekat untuk saling memaafkan.
Kegiatan saling memaafkan dilakukan dengan prinsip Tat Twam Asi yang berarti “Aku adalah kamu dan kamu adalah aku”. Meskipun memiliki perbedaan keyakinan, tetapi tetap hidup dengan rukun karena umat manusia memiliki posisi yang sama di hadapan Tuhan.
Baca juga: Mengenal Penjor saat Hari Raya Galungan Umat Hindu Bali
Hari Raya Nyepi memberikan banyak sekali makna nilai-nilai kehidupan. Mengingatkan umat manusia untuk lebih mawas diri dan memfokuskan hati kepada yang Maha Kuasa. Dari sini kita mendapat pelajaran bahwa perayaan tidak selalu dengan kemeriahan. Terkadang melalui perenungan bisa memberikan nilai kehidupan yang lebih bermakna dari sebuah perayaan.