Tradisi Ngejot di Bali merupakan salah satu bentuk kerukunan antar umat beragama yang ada di Bali. Ngejot dilaksanakan menjelang hari-hari raya keagamaan seperti Galungan, Kuningan, Nyepi, Idul Fitri, Idul Adha, atau Natal.

Selain alamnya yang luar biasa indah, Bali juga memiliki kehidupan sosial yang sangat baik. Keragaman budaya dan tradisi dapat berjalan beriringan dengan selaras. Wajar saja Provinsi Bali menjadi sorotan perihal kerukunan antar umat beragamanya. Lalu, apa itu tradisi ngejot? Selengkapnya Pia Agung Bali telah merangkumnya untuk kamu.

Tradisi ngejot di bali
Sumber: photo.sindonews.com

Arti Tradisi Ngejot di Bali

Ngejot berasal dari bahasa bali yang berarti ‘memberi’. Sesuai arti namanya, memberi makanan kepada tetangga merupakan bentuk ungkapan terima kasih. Bagi umat Hindu berbagi makanan merupakan bentuk pengwales (membalas) kebaikan karena sudah memberikan kebaikan (ngejot).

Baca juga: Memahami Makna Banten, Sesajen Sarana Upacara Umat Hindu

Bagi umat Islam, memberi makanan pada tetangga merupakan bentuk jalinan silaturahim. Makanan yang diberikan bisa apa saja seperti makanan berat, snack, ataupun buah-buahan. Yang terpenting adalah makanan tersebut tidak melanggar aturan agama.

Misalkan saat Galungan umat Hindu akan memberikan ayam betutu kepada tetangganya yang Muslim, begitu juga saat Ramadhan umat Islam akan memberikan opor ayam pada tetangganya yang Hindu. Meskipun sederhana, tetapi hal tersebut sangat membangun rasa kekeluargaan dan kerukunan antar tetangga.

Ngejot bali
Sumber: kompas.com

Bentuk Kerukunan dan Persaudaraan

Masyarakat bali mengenal istilah “Menyama Braya” yang berarti kekeluargaan, persamaan, dan pengakuan bahwa setiap orang bersaudara. Istilah tersebut bisa dimaknai juga sebagai bentuk menghargai perbedaan.

Kehidupan sosial masyarakat bali memiliki filosofi dasar Tri Hita Karana, yang artinya ada tiga faktor kesejahteraan yaitu keharmonisan hubungan antara manusia dengan sesamanya, dengan alam, dan dengan Tuhan.

Konsep-konsep tersebut menciptakan kerukunan dan persaudaraan antara umat beragama. Masyarakat yang rukun secara langsung akan menjalin persaudaraan sosial. Kedekatan hubungan persaudaraan di Bali bisa terjadi tidak terlepas dari tradisi dan filosofi kehidupan yang masih dipegang teguh.

Baca juga: 15 Makanan Halal di Bali: Kuliner yang Wajib Kamu Coba!

Tradisi Ngejot menjadi salah satu bukti kerukunan dan persaudaraan antar umat beragama yang ada di Bali. Ngejot diwariskan selama ratusan tahun secara turun-temurun, membuktikan bahwa ikatan kekeluargaan tidak bisa dibatasi hanya karena perbedaan kepercayaan. Tradisi Ngejot merupakan perwujudan kepercayaan antara satu sama lain bahwa keluarga tidak akan mencelakakan.

Mengkutip dari jurnal ilmiah I Gede Agus Ariana dan Ni Made Yanti Anita yang berjudul “Makna Didaktis Tradisi Ngejot Antar Umat Hindu dan Islam di Loloan Timur – Jembrana”, Ngejot merupakan tradisi yang dilakukan di hari raya besar dengan membagikan makanan kepada tetangga dan saudara. Dampak positif dari tradisi ngejot yaitu meningkatnya nilai kemanusiaan dan toleransi antar umat beragama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

0
    0
    Keranjang Belanja Anda
    Keranjang anda kosongKembali Belanja